Jangan datang pada mereka yg tak mencintai buku. Karena takdir, waktu mereka akan habis untuk bicara tentang 'sampah'. Datanglah pada ia yg mencintai buku, yg menjadikan tulisan sebagai teman. Kau tak akan bosan, kau tak akan merasa menua._Jon Q_ Selasa sore WA Jon berbunyi. Ada pesan dari teman lama saat ia kuliah dulu.
"Jon bukumu nanti aku terbitkan, tapi sama namaku ya? Ada daftar pustakanya nggak?" katanya.

"Oh, mangga kang. Buku yg mana ya?" balas Jon. Ia lupa, mungkin sudah 4 tahun file itu buku-buku dikirimkan. Ia lupa, buku apa yg dimaksud. Sekitar 6-7 buku Jon emailkan dulu. Itu juga karena diminta, karena sebenarnya dia sudah tak peduli lagi dengan karya-karyanya. Awal kisah, Jon jatuh cinta pada pandangan pertama saat ospek kampus. Ia tipe pria belagu yg tak akan datang pada seorang perempuan tanpa bukti ia layak bersamanya. Karena yg ia punya hanya 'otak' - bukan motor gede atau mobil, ia belajar menulis lagi. Dua tahun, dua buku ia selesaikan. Novel, dan buku ilmiah. Tapi, memang nasib Jon yg belum beruntung, sang perempuan tak tertarik padanya. Dari dua buku, ia terus menulis. Sampai lulus kuliah, mungkin 7-8 buku ia hasilkan. Tak bisa diterbitkan, dengan alasan 'Gak Marketable'. Kasian. Di akhir kuliah, teman lamanya itu menyapa. Kirimkan saja ke email, kata dia. Si Jon menurut, toh dia sudah tak berharap. Ia akan pulang sebentar lagi. Dan sore itu teman lamanya menghubungi lagi. Teman-teman kerja, siswa, bahkan keluarga besarnya hanya tahu kalau si Jon itu orang aneh. Tapi jika mereka mau menyelami pemikirannya yg bahkan telah 'menyepelekan Tuhan', unhopeness to almost everything, mereka akan paham. Orang-orang dekat yg mengenalnya hanya bisa menilai, "Ia seorang anak muda yg ilmunya tak terjangkau kita. Itu yg menjadikan kita menganggapnya aneh," Tapi sebenarnya? "Awalnya kita mati, lalu hidup, dan kemudian mati lagi," kata Jon. "Kata siapa itu hanya tentang fisik? Itu, terutama, adalah untuk jiwa. Mematikan jiwa, menuju kehampaan, menuju Ia,"