Kamu bisa, pasti bisa! Untuk menghadapi hal-hal tidak mengenakkan yang mengasah emosi dan pikiran seperti masalah finansial, stres pekerjaan, naiknya berat badan – pada pasangan “masa kini” seperti Kamu, berjuanglah bersama untuk melakukan langkah berikut kala tengah diliputi pertengkaran. Masalah besar atau kecil harus diperlakukan sama. 

To the point, sista...

Pria tidak suka akan hal yang bertele-tele. Tanpa perlu appetizer, pria akan lebih senang apabila ia diberitahu menu dessert yang akan Kamu bicarakan. Kalau Kamu bicara berputar-putar tanpa arah, otak pria akan cepat bekerja untuk mencari sangkalan-sangkalan. Serang langsung ke titik masalah dengan spesifik. Spesifik di sini berarti mencakup; 1) kesalahan apa yang dibuatnya, 2) jelaskan situasi yang bikin hati Kamu memanas, dan 3) bagaimana Kamu berhasil dibuat kesal karenanya. Kuncinya ada pada pemilihan kata-kata  “mengena” yang memastikan ia jadi kesulitan untuk mengalihkan kesalahannya.

Bilang Yang Kamu Mau

… dan bukan fokus pada apa yang tidak Kamu sukai. “Aku sebenarnya mau kamu tadi yang jemput aku ke kantor. Jadi kita bisa pergi dinner dulu,” lebih meluluhkan hatinya daripada, “Kenapa tadi gak kasih kabar dulu sih kalau kamu pulang lebih awal? Coba tadi kamu….” Ah, tak perlu dilanjutkan sudah bisa ditebak bagaimana wajahnya terlihat di depan Kamu.



Jangan Menyerangnya
Inilah kesalahan yang sering diulang-ulang oleh para wanita. Kamu membiarkan gengsi yang bekerja ketimbang strategi brilian yang bisa dihasilkan saat berpikir. Simpan dulu amarah (sementara waktu), dan beri waktu untuk diam selama empat menit saja, deh, tanpa respons apa-apa. Menyiramnya dengan kata-kata sama saja dengan menumpahkan minyak pada api menyala. Jeda sedikit saja, cukup memberinya waktu untuk berpikir dan kelanjutannya, mmm, menyesali kata-kata yang tadi ia lontarkan. Empat menit lewat,  tahu Kamu pasti tak kuat lagi menahan, tibalah saatnya Kamu untuk terbuka dan kembali berkata-kata.

Stick To The Issue
Kekesalannya Kamu bertumpuk, itu boleh. Tapi kalau Kamu sebenarnya marah gara-gara ia lupa bilang jadwal latihan futsalnya hari itu, cukup berhenti sampai di situ saja. Jangan Kamu bawa-bawa sikapnya yang terlihat tak menyesal karena lupa. Ingat, satu masalah ya satu saja yang diperdebatkan.






Berhenti Menyalahkan

Ketika hendak mengalamatkan amarah pada si dia, bukalah dengan “Kayaknya menurutku kamu …” bukannya, “Kamu sih yang bla bla bla” Blah! Betul ia salah, dan akan semakin runyam kalau Kamu menambah-nambah lagi kesalahannya.






Ini, Kelemahan Pria
Rasanya Kamu sudah tahu ya kalau pria sangat tidak pandai dalam hal berdebat. Mengapa pria lebih memilih mundur pelan-pelan dari masalah? Dalam riset yang dokterpsikis lakukan, sejumlah pria sendiri mengaku karena setiap argumen dalam pertengkaran itu biasanya ikut melibatkan hati dan cuma wanita yang betul-betul menjajah di urusan ini. Hurrah!
Jangan memaksa diri membaca pikirannya

Kalau Kamu (sebenarnya) tidak yakin pada ucapan si dia, ajari ia untuk memberi penjelasan dengan cara lain, pakailah ungkapan misalnya. Karena kalau tidak, Kamu punya tendensi untuk mengambil kesimpulan yang nyatanya ia tidak berpikir demikian.  






Siapa Pengendalinya?

Kamu tersenyum lebar karena sepanjang Kamu bicara, anggukan kepalanya setara dengan jumlah kata-kata yang terlepas dari mulut Kamu? Sebaiknya Kamu tidak! Begini, ia merasa stuck karena Kamu terus bicara tanpa memberi giliran. Kedua, ia mungkin bosan mendengar ocehan Kamu. Maka, apakah ia betul-betul mendengarkan Kamu? Kamu akan tahu ia menyimak kalau Kamu memberinya kesempatan untuk bicara, err, berdebat dengan Kamu.


Saat Kamu Marah, Tenangkan Diri

Sebanyak-banyaknya waktu yang Kamu butuhkan sampai emosi berhenti mengambil alih Kamu. Seperti yang dikatakan John Gottman, pakar relationship, “Saat darah terpompa dan degup jantung serasa berbalapan, maka percuma Kamu bicara. Talking is pointless. Kamu terlalu marah untuk bisa mendengar.” Lakukan sesuatu yang punya daya magis untuk menenangkan pikiran, memang tak terdengar tepat tapi shoppingonline bisa mengalihkan pikiran Kamu, atau telepon sahabat. Waktu ini bukan Kamu pakai untuk merangkai kalimat-kalimat untuknya saat kembali bertatap muka. Tidak begitu! Pikirkan saja, “This is just a bad moment. We’ll work it out.”
Amarah Mereda, Temukan Solusi

Ibaratnya, dalam situasi ini Kamu berdua tengah memperebutkan buah jeruk. Akan ada pihak yang berkorban lebih apabila salah satu dari Kamu yang meraih seutuhnya. Dan itu bukan jalan keluar. Ketika Kamu bertengkar tanpa satu pun yang mengalah, sudah pasti akhirnya Kamu berdua akan membelah jeruk itu – tak utuh lagi. Namun, karena ini masalah Kamu berdua, maka Kamu berdua perlu saling memikirkan “apa yang diinginkan”. Artikan seperti ini: win-win perfectly. Question is, bagaimana supaya Kamu bisa tetap makan jeruk itu, dan berdua bisa mendapatkannya sama rata. Exactly, memerasnya itu baru disebut win-win. You got the point? Oke, good!
Katakan Yang Kamu Rasakan
Keadaannya Kamu berdua sudah sama-sama tenang, berbanding terbalik dengan yang terjadi 30 menit sebelumnya. Dokterpsikis tahu Kamu dalam hati pasti berharap agar ia yang lebih dulu membujuk Kamu untuk berbaikan. Supaya itu terjadi, Kamu harus mengarahkan ia menuju kepuasan Kamu terletak. Kuncinya: “Apologize first, justify later,” tutur Cox. Dari situ pria akan Kamu buat luluh, dan ini pertKamu Kamu telah mempercepat konflik untuk mereda. PKamung matanya sambil teruskan ucapan Kamu sampai ia bersuara, “Maaf, sayang” atau “That's okay, sweetheart”.
Berhenti Membahasnya Lagi
Seharian sudah Kamu habiskan untuk menyimpan kesal sampai “memuntahkannya”. Hitungan jam setelahnya, please, berhentilah bicara. Kamu sudah lega, si dia pun sudah bertekuk minta maaf, maka pria akan benci jika Kamu masih terus membahasnya berulang-ulang.
Jangan Berharap Ciuman Darinya

Dokterpsikis bilang, lebih baik jangan... dulu. Seks terasa lebih spektakuler setelah bertengkar? Itu betul adanya. Tapi akan terasa berlipat ganda setelah adanya jeda, ladies. Jika waktu untuk menyendiri yang Kamu butuhkan, menjauhlah dulu sementara. Paling lama dari “sementara” itu batasnya: satu jam.  Lagian memangnya Kamu ingin berakhir semalaman bersama tumpukan DVD dan semangkuk ice cream di dalam kamar. Tidak, kan?  Tunggu sampai ia mencari Kamu. Jika iya, sesi pertengkaran tadi nyatanya berhasil memperlihatkan satu hal: kematangan jalinan cinta. That's the best thing to end it all.
Lakukan Hal Manis
Berlaku saat malam harinya, atau sehari setelah Kamu bertengkar. Tanpa perlu diberitahu lagi, Kamu sudah bisa mengatur sendiri jalan skenarionya. Tersenyumlah padanya dan bilang, “We survived! We're stronger than EVER before.” Dan hanya satu yang ada dalam pikirannya: Kamu itu berharga di matanya dan ia tak membiarkan Kamu mundur dari pelukannya.